Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Usul Moralitas: Memahami Akar Naluri dan Logika dalam Etika Manusia

moralitas

Moralitas, sebagai perasaan benar atau salahnya suatu tindakan, memiliki hubungan erat dengan konsep etika, yaitu penilaian baik atau buruk terhadap sebuah perbuatan. Di dalam psikologi, filsafat, dan ilmu syaraf, asal usul moralitas modern telah menjadi fokus kajian yang mendalam. 

Pertanyaan yang muncul adalah apakah dasar-dasar etika manusia timbul dari kemampuan berpikir rasional ataukah dari naluri emosional yang lebih purba? Melalui penelitian-penelitian yang dilakukan, terungkap bahwa moralitas kita sebenarnya bersumber dari akar leluhur hewan kita.

Pengaruh Evolusi dalam Moralitas

Dukungan terhadap asal usul moralitas sebelum berpikir rasional dapat ditemukan dalam studi tentang primata. Misalnya, simpanse kadang-kadang menyelam untuk menyelamatkan teman mereka atau menolak makanan jika tindakan tersebut dapat menghindarkan teman mereka dari cedera. 

Ini tentu saja tidak berarti bahwa mereka memiliki moralitas yang sepenuhnya berkembang, tetapi perilaku ini menunjukkan bahwa moralitas atau aturan moral tidak semata berasal dari agama atau filsafat. 

Frans de Waal, seorang ahli primata dan psikologi dari Universitas Emory, menjelaskan bahwa penelitiannya mendukung gagasan bahwa moralitas tumbuh dari kecenderungan sosial leluhur kita. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian dari moralitas kita mungkin merupakan hasil dari proses evolusi, seperti yang telah diuraikan oleh Charles Darwin.

Jejak Biologis dalam Moralitas

Bila moralitas bersifat naluriah dan tidak hanya dipelajari, maka pastilah ada jejak biologis yang menggambarkannya. Penelitian menunjukkan bahwa keputusan moral melibatkan bagian tertentu dari otak yang terkait dengan dorongan prososial dan regulasi emosi, seperti korteks prefrontal ventromedial. 

Saat diindra oleh pemindaian otak, daerah ini menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi ketika subjek memilih untuk menyumbangkan uang untuk amal. Selain itu, individu yang mengalami kerusakan pada area otak ini cenderung memiliki perilaku moral yang tidak sejalan dengan norma. 

Beberapa dilema etika juga mengaktifkan bagian-bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan rasional, seperti korteks singulata anterior. Hal ini menandakan bahwa meskipun akar moralitas kita bersumber dari emosi, fungsi otak yang lebih kompleks juga memiliki peran penting dalam perkembangan moralitas.

Kesimpulan

Mengingat temuan-temuan dalam psikologi, etika, dan ilmu syaraf, dapat disimpulkan bahwa moralitas kita memiliki asal usul yang terkait erat dengan naluri emosional leluhur hewan kita. Meskipun demikian, evolusi juga memainkan peran penting dalam perkembangan moralitas manusia. 

Kecenderungan sosial dan dorongan prososial yang muncul dari leluhur primata kita membentuk dasar moralitas kita. Meskipun beberapa fungsi otak tingkat tinggi ikut menyumbang dalam pengambilan keputusan moral, esensi moralitas masih diakar pada naluri purba kita.

Referensi:

Frans B. M. de Waal; Kristin Leimgruber; Amanda R. Greenberg. 2008. Giving is self-rewarding for monkeys. Proceedings of the National Academy of Sciences

Grant et al. Cortical thickness and pain sensitivity in Zen meditators.. Emotion, 2010; 10 (1): 43

Liane Young, Antoine Bechara, Daniel Tranel, Hanna Damasio, Marc Hauser, Antonio Damasio. Damage to the ventromedial prefrontal cortex impairs judgment of harmful intent. Neuron, 2010

Posting Komentar untuk " Asal Usul Moralitas: Memahami Akar Naluri dan Logika dalam Etika Manusia"