Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Usul Busur Banda: Jejak Penggelindingan Lipatan Samudera di Dasar Laut

Asal Usul Busur Banda
credit:wikimediacommons

Busur Banda, sebuah formasi geologi yang melengkung membentuk tapal kuda sepanjang 1000 km dan membentang dalam lengkungan 180 derajat, telah lama menjadi misteri bagi para ilmuwan. Terletak di dasar laut Banda, formasi ini tampak seperti hasil benturan hebat dari arah barat. 

Namun, belum lama ini, sebuah penelitian mendalam oleh tim ilmuwan dari Royal Holloway Universitas London dan Universitas Utrecht mengungkapkan sejarah dan dinamika di balik fenomena ini.

Latar Belakang

Busur Banda terletak di tengah-tengah tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng India-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Letaknya yang kritis pada pertemuan lempeng-lempeng ini telah menghasilkan karakteristik geologi yang unik. Batas konvergensi ini menyebabkan kerak bumi di sekitarnya relatif muda dibandingkan dengan area dalam lempeng. Lempeng tektonik ini bertabrakan dan bergesekan, menciptakan kompleksitas struktur geologi.

Evolusi Sejarah

Sejarah busur Banda adalah teka-teki yang rumit. Selama bertahun-tahun, ilmuwan berdebat mengenai sejarah dan evolusi yang melatarinya. Saling lipat dan tindihnya formasi di daerah ini telah membingungkan para ilmuwan, dengan pendapat yang beragam mengenai jumlah lipatan yang terlibat.

Namun, Profesor Robert Hall dari Royal Holloway dan Wim Spakman dari Universitas Utrecht menyajikan skenario baru yang menghubungkan penggelindingan balik suatu lipatan samudera sebagai kunci dari bentuk Busur Banda yang unik. Skenario ini didukung oleh analisis evolusi tektonik dan tomografi seismik, mengungkapkan dinamika di balik formasi ini.

Penggelindingan Balik Lipatan Samudera

Indonesia, sebagai daerah konvergensi lempeng yang aktif, mengalami pergerakan cepat lempeng India-Australia yang menuju ke utara. Gerakan ini telah mengakibatkan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. 

Tim peneliti menggunakan analisis detail untuk menyimpulkan bahwa penggelindingan balik suatu lipatan samudera tunggal adalah skenario yang mungkin terjadi dalam konteks konvergensi ini. Proses ini menghasilkan deformasi yang signifikan pada kerak bumi.

Pengaruh Subduksi Terhadap Mantel

Penelitian ini juga mengungkapkan adanya bekas subduksi di mantel yang lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Bagian dari lempeng Australia terpisah dari kerak benua yang mengelilingi Busur Banda. Daerah subduksi ini kini bertindak sebagai penghalang bagi pergerakan lempeng Australia ke utara. Hal ini mengarah pada pembentukan lipatan dalam mantel yang berlanjut hingga kedalaman 600 km.

Konsekuensi Deformasi

Deformasi yang terjadi akibat pergerakan lempeng telah menyebabkan elevasi cepat pada pulau-pulau di Busur Banda. Kepulauan Seram dan Timor, yang merupakan bagian dari formasi ini, telah terangkat dari bawah permukaan laut hingga ketinggian 3 km hanya dalam beberapa juta tahun. Profesor Hall menjelaskan bahwa fenomena gerakan vertikal ini memiliki arti penting dalam konteks geologi, membantu kita memahami evolusi kerak bumi.

Kesimpulan

Penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai asal usul dan dinamika Busur Banda. Penggelindingan balik lipatan samudera yang disajikan oleh Profesor Hall dan Spakman menjadi kunci dalam menjawab misteri bentuk formasi ini. Lebih dari sekadar kasus unik, penggelindingan balik ini juga terjadi di berbagai belahan bumi lainnya, membuka wawasan baru dalam geodinamika dan evolusi kerak bumi.

Referensi: Spakman, W., Hall, R. 2010. Surface deformation and slab–mantle interaction during Banda arc subduction rollback. Nature Geoscience, 2010.

Posting Komentar untuk " Asal Usul Busur Banda: Jejak Penggelindingan Lipatan Samudera di Dasar Laut"