Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengulas Fenomena Aktivasi Otak Tengah

otak-tengah-manusia

Tahukah Anda aktivasi otak tengah? Mampu membaca dengan mata tertutup atau melakukan aktivitas sehari-hari tanpa melihat. 

Sulap kah? Bukan. Ini adalah fenomena baru dalam dunia pendidikan bagi anak-anak. 

Caranya? Dengan metode pelatihan kecerdasan dan stimulasi atau aktivasi otak tengah, yaitu membangkitkan kemampuan optimal otak tengah pada manusia.

Mengulas Aktivasi Otak Tengah

Jika melihat ada seorang anak yang mampu membaca dengan menutup mata, menebak angka di kartu bridge tanpa salah, berjalan atau memakai sepeda melewati rintangan namun matanya ditutup, menebak kehadiran seseorang di antara banyak orang tanpa menyentuh atau mendengar suaranya, memprediksi sesuatu yang akan terjadi beberapa saat kemudian, ‘melihat’ benda di balik tembok atau dalam kotak, dan sederat kemampuan luar biasa lainnya, maka dipastikan Anda sedang menyaksikan demo dari aktivasi otak tengah.

Fenomena layaknya sulap tersebut yang merupakan demo aktivasi otak tengah, kini sedang marak dan jadi perbincangan di mana-mana. 

Penemuan menggemparkan dan mencengangkan dalam dunia pendidikan anak itu, mulanya berkembang di negeri matahari terbit, Jepang. 

Sebagai pionir dalam mempraktikkan teori mengenai aktivasi otak tengah, Jepang kemudian menularkan teori aktivasi otak tengah ke berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, mulai banyak training yang menawarkan pelatihan aktivasi otak tengah. Walaupun belum segencar pelatihan-pelatihan pendidikan lainnya, pelatihan aktivasi otak tengah yang menawarkan hasil menakjubkan ini sudah lazim didengar.

Peserta umumnya adalah anak-anak berusia 5-15 tahun dan dilaksanakan selama dua hari. Bentuk materi pelatihan yang diberikan seputar motivasi, senam otak, games, relaksasi dan super memory. 

Mereka bersama orangtuanya akan mendapatkan satu paket pelatihan untuk mengembangkan potensi otak tengahnya. 

Adapun kehadiran orang tua lebih difungsikan sebagai mitra pemercepat anak-anak dalam mengembangkan kemampuan luar biasa mereka. Kemampuan yang jauh melebihi anak-anak yang otak tengahnya belum diaktivasi.

Melalui pelatihan aktivasi otak tengah, anak-anak tersebut dapat mengembangkan kemampuan otak kanan dan kiri mereka. 

Jika otak kiri kental dengan potensi logic atau intelektual, dan otak kanan dengan kreativitas atau emosionalnya, maka penguatan pada otak tengah dapat memacu kemampuan kedua belah otak tersebut pada tingkat optimal. 

Bukan hanya mampu melakukan berbagai ‘aksi sulap’ dan luar biasa, anak-anak yang sudah diaktivasi otak tengahnya juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau genius.

Terdengar mustahil dan sulit dipercaya bukan? Tapi hal itulah yang coba diyakinkan dan dibuktikan kebenarannya oleh pelatihan-pelatihan tersebut. 

Melalui berbagai forum formal atau non formal, metode aktivasi otak tengah didengungkan sebagai terobosan fenomenal dalam dunia pendidikan anak.

Bagaimana penjelasan dari sisi teoritis nya? Jika sebelumnya manusia hanya mengenal dua belahan otak pada manusia (otak kanan dan kiri) yang dianggap berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan (IQ) dan emosional (EQ) seseorang, keberadaan otak tengah adalah sebuah penemuan baru.

Lalu, otak tengah itu apa? Berdasarkan pengertian dari beberapa referensi, disebutkan bahwa otak tengah secara anatomi adalah bagian penghubung forebrain dan hindbrain. 

Itu merupakan tempat perlintasan arus elektrik (elektron di otak), zat-zat neurokimia dari batang otak menuju otak besar. 

Jika terjadi gangguan pada otak tengah, dapat mengakibatkan terganggunya kesadaran pada manusia.

Otak tengah merupakan bagian dari sistem limbik dan hipotalamus. Umumnya otak tengah pada manusia itu tidak aktif, sehingga perlu diaktifkan. 

Proses pengaktifan inilah yang kemudian dikenal dengan nama aktivasi otak tengah.

Fakta bahwa mayoritas manusia hanya menggunakan tidak lebih dari lima sampai sepuluh persen dari potensi otaknya, jadi titik awal kemampuan aktivasi otak tengah dikembangkan. 

Intinya, kemampuan ini bertujuan untuk meningkatkan potensi otak manusia secara maksimal. 

Membangun kecerdasan intelektual dan emosional pada tingkat setinggi-tingginya. Karenanya, penjelasan mengenai fenomena aktivasi otak tengah dapat dijelaskan secara ilmiah. Bukan dibangun atas prasangka atau pun dugaan semata.

Disebutkan proses aktivasi otak tengah banyak melibatkan gelombang Alpha di otak. Jika gelombang Betha adalah gelombang di otak ketika manusia sedang sibuk beraktivitas (terjaga penuh), maka Alpha sebaliknya. 

Gelombang ini akan muncul ketika manusia sedang santai atau beraktifitas kreatif. Sering juga timbul pada saat manusia baru terjaga dari tidurnya.

Banyak kisah dari para penemu yang berhasil menciptakan sesuatu yang hebat ketika aktivitas otak mereka didominasi oleh gelombang Alpha. 

Contoh, Archimedes yang menemukan hukum Archimedes saat ia sedang mandi, James Watt sang penemu mesin uap yang mendapatkan ide brilian ketika sedang santai berjalan-jalan di taman.

Nah, begitu juga dengan proses aktivasi otak tengah. Melalui teknik-teknik tertentu, otak tengah yang telah ter-aktivasi selanjutnya akan memancarkan gelombang otak alpha. 

Gelombang yang mirip radar ini membuat pemiliknya dapat melihat benda dengan keadaan mata tertutup dan mendeteksi benda-benda sampai 360 derajat.

Benda-benda yang terletak di belakang, atas dan semua arah bisa diketahui tanpa menggunakan mata untuk melihatnya. 

Begitu pula dengan berbagai kemampuan luar biasa lainnya bisa dikuasai jika otak tengah telah diaktivasi.

Pro dan Kontra Aktivasi Otak Tengah

Mengulas Fenomena Aktivasi Otak Tengah
credit:instagram@zeniuseducation

Penjelasan-penjelasan ilmiah mengenai aktivasi otak tengah, ternyata menimbulkan tanggapan beragam dari masyarakat. Ada yang mendukung dan takjub atas temuan revolusioner tersebut. 

Kelompok yang mendukung ini umumnya adalah para praktisi yang terlibat dalam pelatihan-pelatihan aktivasi otak tengah.

Ada pula dari masyarakat awam yang pernah melihat bagaimana demo dari anak-anak yang telah diaktivasi otak tengahnya. Termasuk juga mereka yang anak-anaknya mengikuti pelatihan dan merasakan sendiri hasilnya.

Dukungan dan persetujuan mereka bahwa aktivasi otak kanan itu benar adanya, terlihat dari beragamnya testimoni (pernyataan) yang positif. 

Testimoni ini pasti dijumpai di setiap perhelatan pelatihan atau demo yang dipertunjukkan kepada masyarakat. 

Begitu pula cerita-cerita keberhasilan prestasi dari anak-anak yang telah diaktivasi, menambah keyakinan di masyarakat akan kebenaran dari fenomena aktivasi otak tengah. Metode terbaru dalam mendidik anak ini bukanlah tipuan, tapi asli adanya.

Akan tetapi, tak sedikit pula yang meragukan bahkan menyangkal kebenaran dari proses aktivasi otak tengah. Mereka menyebut metode ini sebagai kebohongan terbesar abad ini. 

Tidak tanggung-tanggung, kalangan yang mengkritik berasal dari kalangan terdidik. Khususnya para ahli dalam bidang perilaku manusia (psikologi) dan pendidik anak (guru).

Ada sebuah buku karya Arif Virkill Yulian yang secara lengkap menampilkan pandangan kontra terhadap aktivasi otak tengah. 

Buku itu berjudul Membongkar Aktivasi Otak Tengah, Penemuan Terbesar di Dunia atau Penipuan Terbesar di Indonesia. 

Arif secara gamblang mengungkapkan bagaimana fenomena masyarakat di Indonesia yang berbondong-bondong memasukkan anak-anaknya untuk mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah. Harapannya, kecerdasan anak-anak mereka bisa meningkat drastis.

Namun, keberadaan aktivasi otak tengah itu sendiri sangat meragukan dari sudut pandang ilmiah. 

Meskipun dalam beberapa pelatihan yang diadakan, para orang tua diyakinkan dengan penjelasan-penjelasan yang ilmiah, tapi menurut Arif itu sebenarnya tidak ilmiah.

Boleh dibilang aktivasi otak termasuk pseudo ilmiah (ilmiah palsu). Karena hingga hari ini, belum ada satupun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa aktivasi otak tengah dapat secara meyakinkan meningkatkan kecerdasan manusia. Terlebih lagi mampu meng-upgradenya seseorang jadi jenius.

Begitu pula pandangan dari seorang Psikiater dari Bali, Lely Setyawati Kurniawan yang menyatakan bahwa anak-anak yang diaktivasi otak tengahnya ternyata mengalami kondisi mental penuh kewaspadaan (awareness). 

Kondisi ini ternyata tidak baik jika terus-menerus terjadi. Dapat mengakibatkan berbagai bentuk simptom (gejala) gangguan jiwa. 

Mulai dari yang ringan (anxiety/kecemasan) hingga berat (paranoid/ketakutan berlebihan).

Pandangan yang mengkritisi keberadaan aktivasi otak tengah ini bisa jadi wawasan berguna bagi para orang tua dan pendidik anak. 

Apakah memang benar aktivasi otak tengah merupakan metode revolusioner dalam dunia pendidikan anak? 

Atau malah sebaliknya, ia merupakan penipuan yang bertujuan mendapat keuntungan bisnis semata? Kehatian-hatian harus jadi sikap yang dikedepankan dalam menyikapi fenomena ini.

Posting Komentar untuk " Mengulas Fenomena Aktivasi Otak Tengah"