Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mitos Gunung Kemukus: Antara Pesugihan, s3ks Bebas

credit:instagram@kemukuskita

Mendengar nama pesugihan pasti bukan lagi menjadi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Dan untuk mereka yang “hobi” melakukan hal tersebut, nama Gunung Kemukus pasti lebih tidak asing lagi. 

Ya. Karena nama gunung yang satu itu memang kerap dijadikan sebagai tempat untuk pesugihan. Memiliki harta dengan jalur “kiri”.

Keinginan untuk memiliki harta dengan cara instan, atau keputusasaan atas segala usaha yang dilakukan tetapi tidak juga menghasilkan adalah alasan-alasan mendasar mengapa pesugihan dari dulu hingga kini masih menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia. Gunung Kemukus pun akan tetap ramai sampai kapan pun.

Sebuah ironi memang, ketika cukup banyak masyarakat Indonesia yang memutuskan untuk memeluk Islam, tapi cukup banyak juga di antara mereka yang melakukan hal tersebut. 

Menyekutukan Allah, tidak percaya terhadap kekuasaan Allah bahwa rezeki, jodoh, maut ada di tangan-Nya. Bukti keironisan tersebut bisa sangat jelas Anda lihat di keramaian Gunung Kemukus.

Padahal secara logika, jelas bahwa Gunung Kemukus itu sama dengan gunung-gunung lain. Gunung Kemukus adalah ciptaan Allah Swt. Apa-apa saja yang terdapat di gunung tersebut adalah mutlak hanya merupakan ciptaan-Nya. Fenomena ini memang bukan hal yang aneh, tapi juga hal yang disayangkan.

Gunung Kemukus terletak di daerah Jawa. Tepatnya, di Desa Pendem, kecamatannya terletak di Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah. Masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tersebut pasti kerap kali kedatangan “tamu” dari berbagai daerah yang ingin memanfaatkan mitos pesugihan di daerah tersebut.

Letak Gunung Kemukus memang cukup jauh, terutama mereka yang secara geografis memang jauh, seperti masyarakat yang ada di Sumatera atau Kalimantan. Tapi, jarak sangat bukan menjadi halangan jika tujuannya adalah iming-iming untuk dapat kaya dengan cara cepat. 

Maka dari itu, tidak heran bila setiap waktunya, Desa Pendem selalu ramai oleh mereka yang datang dari luar kota dan berniat untuk “kaya”.

Gunung Kemukus diakui sebagai daerah wisata. Entahlah, mungkin memang selain digunakan sebagai pesugihan, gunung tersebut memang memiliki pemandangan indah yang layak dikategorikan sebagai tempat wisata. 

Tetapi, berdasarkan identitasnya sebagai sebuah gunung, sudah merupakan hal yang wajar jika Gunung Kemukus tersebut memiliki pesona wisata yang indah. Paling tidak udaranya yang sejuk dan pemandangan yang membentang hijau.

Adalah sebuah kepercayaan bagi sebagian masyarakat Indonesia, bahwa hal-hal seperti gunung, gua, pantai, pohon besar, rumah kosong, selalu diidentikkan dengan dunia lain. 

Maka, cerita tentang mitos atau kepercayaan masyarakat terhadap Gunung Kemukus ini bukan lagi hal baru dan ajaib. Meskipun demikian, ada bagian-bagian yang tetap membuat cerita dari Gunung Kemukus ini terdengar baru.

Karena memang, mitos atau kepercayaan selalu menghiasi tempat-tempat tersebut. Jika tidak, tidak ada yang istimewa dari tempat itu. Berbicara tentang mitos, Gunung Kemukus juga dapat dipastikan tidak bisa lepas dari cerita legenda yang satu ini. 

Bahwa aroma mistis yang dimiliki oleh Gunung Kemukus justru menambah sensasi tersendiri bagi gunung ini. Lalu, apa mitos atau cerita legenda yang terjadi di Gunung Kemukus?

Mitos dari Gunung Kemukus

Namanya saja mitos, kebenarannya masih belum tentu. Apa yang diceritakan di situ hanya “menurut”, tapi tetap saja, mitos tersebut menjadi semacam sebuah “pegangan” atau “pembenaran” bagi mereka yang “terpaksa”. Salah satunya adalah mitos dari Gunung Kemukus ini.

Mitos Gunung Kemukus terbilang unik. Bisa jadi, hanya satu-satunya di dunia. Ada beberapa versi mengenai mitos Gunung Kemukus ini, ada yang mengatakan bahwa mitos ini terjadi di zamannya Kerajaan Majapahit, dan ada juga yang mengatakan bahwa apa yang terjadi di Gunung Kemukus tersebut merupakan peninggalan cerita dari Kerajaan Mataram. 

Jadi, konon, menurut cerita rakyat setempat Gunung Kemukus, dahulu ada seorang pangeran dari zamannya Kerajaan Mataram bernama Pangeran Samudro. Pangeran ini kemudian jatuh cinta dengan ibu tirinya. 

Cinta sang pangeran bersambut, tapi hal ini tentu menjadi sesuatu yang tidak dilarang, terutama oleh raja. Pangeran yang tengah dimabuk cinta itu lalu diusir oleh sang raja.

Di tengah kegalauannya, ia kemudian pergi ke sebuah gunung, yang kini dikenali sebagai Gunung Kemukus. Kepergian sang pangeran membuat sang wanita sedih, ia pun memutuskan untuk pergi ke Gunung Kemukus. Menyusul belahan jiwanya.

Sesampainya di Gunung Kemukus, wanita yang juga tidak kalah galau tersebut mendapati bahwa belahan jiwanya telah mati. Ia kemudian berujar, “Kiranya, terbukalah tanah kuburan ini untuk menelan jasadku. Biarlah aku dikuburkan bersama kekasihku.” 

Tak Lama setelah berucap, kemudian terdengar suara yang entah berasal dari mana memerintankah sesuatu pada sang ibu tiri tersebut.

Suara itu memerintahkan wanita itu untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu untuk bisa bersama kekasihnya. Selayaknya orang yang tengah jatuh cinta, wanita itu pun menuruti perintah suara yang wujudnya saja tidak terlihat. 

Wanita itu lalu mandi di sebuah sumur atau sendang yang terletak di Gunung Kemukus. Yang oleh masyarakat sekitar disebut Sendang Ontrowulan.

Selesai membersihkan diri, tanah kuburan sang pangeran terbuka, dan wanita itu pun tinggal selama-lamanya bersama jasad kekasih hati yang sangat dicintainya tersebut. Beberapa saat kemudian konon terdengar suara tanpa wujud lagi. 

Suara tersebut kemudian seolah meninggalkan pesan, bahwa siapa saja yang mengenang kisah cinta ini, semua keinginannya akan dikabulkan. Mulai dari mitos itulah, Gunung Kemukus pada akhirnya dikeramatkan.

Ritual Aneh di Gunung Kemukus

Mitos tersebut kemudian menjadi sebuah “ide” bagi terciptanya ritual aneh di Gunung Kemukus. Kisah cinta dan pesan dari suara tidak berwujud tersebut kemudian diartikan aneh. 

Bahwa aturan atau syarat untuk melakukan pesugihan di Gunung Kemukus harus dibarengi dengan “ritual” melakukan hubungan s3ksual dengan seseorang yang bukan pasangan.

Cinta sang pangeran yang ternyata ditafsirkan lain. Kesucian cinta yang dimiliki sang pangeran disalahartikan sebagai kepuasan nafsu belaka. Agar keinginannya dikabulkan, peserta ritual diwajibkan untuk mengunjungi Gunung Kemukus ini sebanyak 7 kali. 

Sebanyak itu jugalah peserta diwajibkan melakukan hubungan badan dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Dengan catatan, pasangannya tersebut tidak boleh ganti selama ritual.

Gunung Kemukus akan ramai di waktu-waktu tertentu. Seperti Jumat Pon, atau Jum’at Kliwon. Ketika waktu itu tiba, Gunung Kemukus akan sangat ramai. 

Ramai oleh mereka yang memanfaatkan keadaan seperti wanita-wanita yang bisa disewa untuk syarat ritual atau para pedagang biasa. Gunung Kemukus sudah seperti sarang prostitusi pada waktu-waktu tersebut.

Dosa memang menjadi urusan antara Allah Swt dengan umat-Nya. Tapi, dalam Al-qur’an tentu sudah dijelaskan hal-hal apa saja yang dilaknat Allah. Dan ritual di Gunung Kemukus ini memenuhi kriteria tersebut. 

Menyekutukan Allah dan berzinah adalah dua hal yang dibenci Allah. Bisa dibayangkan betapa melawannya para pelaku ritual tersebut kepada Allah.

Mitos Lain di Gunung Kemukus

Namun, sesungguhnya, di balik semua mitos buruk tentang Gunung Kemukus ada mitos lain yang lebih terdengar indah. Bahwa ternyata Pangeran Samudro adalah sosok yang diteladani karena perangainya yang baik. 

Sang pangeran tidak mudah menyerah, sebelum meninggal pangeran tersebut berpesan agar, siapapun yang menghendaki sesuatu, harus berjuang dengan kekuatannya dan bersungguh-sungguh.

Pangeran Samudro meninggalkan pesan tersebut sebelum ia meninggal. Ia meninggal konon dalam keadaan Islam. Pangeran pun dimakamkan di puncak gunung. 

Ketika pemakaman tengah berlangsung, konon awan di sekitar tempat pemakaman berubah menjadi gelap, masyarakat Jawa menyebutnya dengan istilah kukus, dari situlah nama Kemukus pada Gunung Kemukus disematkan.

Bahwa sesungguhnya, menurut versi lain, Gunung Kemukus tak lebih dari sekadar tempat ziarah. Menziarahi seseorang yang dulunya cukup diteladani karena sikapnya yang baik. 

Mendoakannya dalam konteks sesama makhluk Allah. Tidak lain. Tidak untuk pesugihan dan tidak untuk membenarkan perzin@han.

Posting Komentar untuk " Mitos Gunung Kemukus: Antara Pesugihan, s3ks Bebas"