Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Proses Terjadinya Hujan

Mengenal Proses Terjadinya Hujan

Proses terjadinya hujan merupakan sebuah hal yang masih dianggap sebagai sebuah misteri. 

Meskipun sebagian ilmu pengetahuan sudah berhasil mengungkap penyebab proses tersebut, namun ada beberapa bagian di dalam proses tersebut yang masih menjadi sebuah misteri hingga saat ini.

Proses terjadinya hujan adalah sebuah kondisi yang melibatkan dua tempat, yaitu bumi dan antariksa, dalam hal ini adalah bagian atmosfer. 

Pada dasarnya, hujan merupakan suatu presipitasi yang berwujud cairan. Kondisi ini biasa terjadi pada kawasan di atas permukaan bumi.

Sementara ketika sudah mencapai bumi, hujan merupakan sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer yang diubah menjadi butir air yang cukup berat. 

Sehingga butir tersebut memiliki massa yang mempunyai daya dorong untuk jatuh dan meluncur ke bawah hingga tiba di daratan. 

Dua proses terjadinya hujan di sini yang sangat mungkin berlangsung secara bersama sama sehingga mampu mendorong udara menjadi semakin jenuh. 

Kondisi ini terutama terjadi pada saat hendak turun hujan, dimana terjadi pendinginan udara dan meningkatkan volume uap air di udara.

Kelembaban yang dinamis di garis zona perbedaan suhu serta kelembaban tiga dimensi inilah yang kemudian dikenal dengan front cuaca. Front cuaca sendiri merupakan metode utama para proses terjadinya hujan. 

Sehingga ketika muncul kelembaban dan pergerakan ke atas yang cukup, maka hujan segera turun dari awan konvektif. 

Contoh awan ini misalnya adalah cumulonimbus atau badai petir, dimana jika awan ini berkumpul bisa menyebabkan terjadinya ikatan hujan sempit.

Pada kawasan pegunungan, hujan deras akan muncul apabila aliran atas lembah meningkat ke bagian atas angin permukaan. 

Sehingga hal ini akan menyebabkan udara lembab mengembun sehingga jatuh dalam bentuk hujan di bagian sisi pegunungan.

Untuk menghitung tinggi curah hujan sudah ditemukan alat pengukur hujan. 

Caranya dengan menentukan jumlah curah hujan yang dihitung dengan aktif menggunakan radar cuaca dan dibantu dengan pasif menggunakan satelit.

Pembentukan Hujan

kelembaban-udara

Ada dua hal yang berperan dalam proses pembentukan hujan. Kedua hal tersebut adalah :

1. Udara Lembab

Udara yang di dalamnya mengandung uap air serta beberapa air pada massa udara kering, dikenal dengan nama Rasio Pencampuran. Perhitungan proses ini dinyatakan dalam satuan gram air per kilo udara kering. 

Jumlah kelembaban di udara dikenal juga dengan kelembaban relatif, yakni jumlah persentase keseluruhan udara uap air yang mampu bertahan di suhu udara tertentu.

Berapa banyak uap air yang bisa ditahan udara serta membentuk awan, ditentukan pada tingkat suhu. Semakin tinggi suhu udara, akan menyebabkan uap air lebih banyak dibandingkan jika suhu udara dalam keadaan dingin. 

Itulah mengapa, pendinginan merupakan suatu cara untuk melembabkan udara. Titik embun merupakan suhu yang bisa didapatkan dalam proses pendinginan udara guna melembabkan udara tersebut.

Secara umum terdapat empat mekanisme utama pada proses pendinginan udara sampai mencapai titik embun. 

Keempat mekanisme tersebut adalah pendinginan adiabatik, konduktif, radiasional serta evaporatif.

Pendinginan adiabatik muncul ketika udara naik serta menyebar. Kenaikan udara ini terjadi disebabkan konveksi, adanya pergerakan atmosfer dalam skala besar atau terdapat halangan fisik seperti gunung.

Pendinginan konduktif berlangsung ketika udara akan bersinggungan dengan permukaan yang bersuhu lebih rendah, dan biasanya akan berhembus dari satu permukaan ke permukaan lain. Contohnya pada permukaan air menuju daratan yang bersuhu lebih rendah.

Pendekatan radiasional disebabkan adanya emisi radiasi inframerah yang timbul karena udara maupun permukaan di bawahnya. Sedangkan untuk pendinginan evaporatif berlangsung pada saat kelembaban masuk menuju udara melewati penguapan. 

Akibatnya, suhu udara menurun hingga mencapai suhu bulb basah atau dikenal sebagai titik kelembaban.

2. Koalesensi

Proses ini berlangsung pada saat butir air bersatu hingga terbentuk butir air yang lebih besar. 

Bisa juga muncul pada saat butir air membeku hingga terbentuk kristal es yang disebut proses Bergeron. Adanya penolakan udara ini berakibat butiran air mengapung di awan. 

Sehingga manakala muncul turbulensi udara, butiran air bertumbukan dan menimbulkan butiran yang lebih besar. 

Butiran air besar inilah yang kemudian turun sehingga koalesensi berlangsung terus sampai butiran menjadi lebih berat untuk menghambat resistensi udara serta jatuh sebagai air hujan.

Koalesensi bisanya berlangsung di awan atas titik beku. Kristal es terjatuh pada saat massa yang dimilikinya mencapai ukuran yang cukup. 

Biasanya, kristal akan memerlukan massa yang lebih besar dibanding koalesensi yang timbul pada kristal serta butiran air di sekelilingnya. 

Berlangsungnya aktivitas ini ditentukan oleh suhu. Mengingat butiran air yang sangat dingin hanya terdapat di awan bawah titik beku. 

Di samping itu, hal ini berlangsung disebabkan adanya kesenjangan suhu yang cukup lebar antara awan serta permukaan, yang berdampak pada kristal es mencair serta meluncur ke bumi sebagai air hujan.

Meskipun tampaknya sulit diukur, namun pada dasarnya ada metode yang bisa mencatat butiran air hujan tersebut. 

Secara umum butiran air hujan berukuran antara 0,1 milimeter hingga 9 milimeter. Di luar ukuran itu, butiran air hujan akan jatuh secara parsial. 

Butiran air hujan yang pernah turun di dunia tercatat jatuh di Brazil serta Kepulauan Marshall. Di kedua tempat tersebut, pernah terjadi hujan yang memiliki butiran air hujan hingga 10 milimeter pada tahun 2004. 

Ukuran di luar normal ini diakibatkan adanya pengembunan partikel asap besar. Kemungkinan lain adalah adanya tumbukan dari sebagian kecil buliran dengan air tawar dalam jumlah besar.

Posting Komentar untuk " Mengenal Proses Terjadinya Hujan"