Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Unsur Pendidikan dalam Film Bertema Bencana Alam

film 2012

Masih ingat film 2012? Film fantastis garapan sutradara Roland Emmerich ini berhasil mencuri perhatian publik dunia pada akhir 2009. Bagaimana tidak, sepanjang durasi 158 menit, penonton dimanjakan dengan special effect yang megah dan first class.

Adrenalin terpacu seiring perjuangan Jackson Curtis [John Cusack] bersama mantan istrinya, Kate Curtis (Amanda Peet), menyelamatkan diri dan keluarganya dari bencana alam yang melanda kawasan perkemahan Yellowstone National Park.

Secara dramatis, film ini menampilkan detik-detik bencana yang berawal dari temuan Dr. Satnam Tsurutani (Jimi Mistry) tentang inti bumi yang memanas dengan sangat cepat, bahkan sampai melenyapkan danau di kawasan Yellowstone.

Dijelaskan dalam film ini bahwa penyebab meningkatnya panas inti bumi adalah menurunnya kemampuan atmosfer melindungi bumi sehingga neutrino sinar matahari menembus bumi dalam jumlah sangat besar.

Dengan kualitas gambar yang menakjubkan, film ini memaparkan proses “kiamat” yang diawali dengan gempa bumi di San Fransisco Bay dan menimbulkan retakan sepanjang Patahan San Andreas di California.

Anda harus menahan napas menyaksikan tanah retak menganga, jalanan amblas, jalan layang runtuh berkeping-keping seperti pecahan lego, bangunan-bangunan perkasa rontok tak bersisa, laut bergolak dan ombak naik ribuan meter tingginya, lempengan bumi melesak ke laut seperti kerupuk yang ditenggelamkan ke dalam air.

Gambaran bencana dahsyat itu mau tidak mau memaksa kita merenungi bahwa kiamat yang kita sangka masih begitu jauh, bisa jadi telah berada di depan mata.

Trend Film Bertema Bencana Alam

2012 bukan film pertama yang mengambil tema bencana alam. Sebelumnya, dari besutan sutradara yang sama telah dirilis film The Day After Tomorrow. 

Film ini memaparkan dengan detail proses perubahan iklim ekstrem yang menimbulkan runtuhnya es kutub, disusul dengan badai tornado dan hujan berhari-hari lamanya.

Bencana besar melanda dunia, menciptakan pengungsi di mana-mana, menenggelamkan peradaban dan melahirkan zaman baru yang penuh kesulitan.

Kita juga tidak bisa mengabaikan film Volcano yang dirilis 20th Century Fox. Film ini menceritakan tentang bencana alam gunung meletus dan banjir lahar di kota Los Angeles. 

Juga film Dante’s Peak yang memotret aktivitas seismic di wilayah Pasifik, atau film Deep Impact yang menggambarkan sebuah meteor menghajar bumi dan menimbulkan bencana besar, menaikkan laut dan mengusik timbulnya tsunami.

Boleh dibilang, film dengan tema bencana alam cukup trend, terbukti dengan sejumlah film di atas mampu mencapai box office. 

Bahkan, jika Anda adalah salah satu penggila thriller movie semacam ini maka bersiap-siaplah dimanjakan dengan effect dahsyat bencana alam dalam film Melancholia yang akan segera dirilis dalam waktu dekat, disutradarai Lars von Trier dan memasang Kirsten Dunst sebagai pemeran utama.

Mitos, Sains, dan Pendidikan

Sebelum 2012 dirilis, perhatian dunia sebelumnya telah digiring ke arah tema kiamat, dengan merujuk pada kalender bangsa Maya. 

Konon, bangsa misterius yang pernah hidup di wilayah selatan Mexico, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras ini memiliki pengetahuan yang sangat tinggi mengenai perbintangan [ilmu falaq].

Dengan menggunakan sistem perhitungan perbintangan yang rumit, kalender Bangsa Maya dinilai sangat akurat. Kalender bangsa Maya berakhir pada angka 12-12-2012 secara misterius, dan menimbulkan dugaan bahwa pada tanggal itulah dunia akan berakhir, atau mengalami bencana besar serupa kiamat.

2012 memiliki muatan mitos, sains, sekaligus pendidikan terhadap umat manusia, tergantung mana yang akan kita petik. Bisa jadi, mitos ramalan kiamat Suku Maya cukup dominan dalam 2012, tapi kita tidak bisa mengabaikan bahwa dari sudut pandang sains.

Film ini memberikan warning dan pencerahan bahwa ada bahaya besar yang akan timbul apabila kita mengabaikan kelestarian lingkungan, sehingga kita tergerak untuk peduli terhadap alam. Inilah pendidikan dan pembelajaran yang bisa kita petik.

Bukan itu saja, film-film yang kita sebutkan di atas juga memberikan pembelajaran mengenai fenomena alam, sistem management disaster, simulasi kondisi sebelum dan sesudah bencana, sehingga merangsang para pemegang kebijakan Negara mengerahkan segenap komponen untuk menciptakan sistem penanggulangan bencana.

Film-film tersebut boleh jadi menampilkan sesuatu yang bersifat hiperbolis, memenuhi unsur-unsur hiburan dan memanjakan imajinasi. 

Namun, kita tidak bisa mengabaikan bahwa di dalamnya terdapat pesan positif yang hendak disampaikan mengenai peran manusia dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kita seperti diingatkan bahwa apabila kita terus-menerus mengabaikan alam dan mengekspoitasinya secara membabi buta, maka dalam waktu dekat, kita akan ‘menjelma’ menjadi pemain dalam film tersebut. 

Kita akan dihadapkan dengan bencana alam besar, masuk dalam alur cerita yang kita tidak pernah tahu apakah akan ditutup dengan happy atau sad ending.

Posting Komentar untuk " Unsur Pendidikan dalam Film Bertema Bencana Alam"